Saturday, December 7, 2013

Dokter oh Dokter



Saat ini, hampir pasti dipastikan mayoritas dokter di Indonesia akan bersungut "capek ya jadi dokter di Indonesia tercinta ini".

Ya, negeri dimana orang2nya pengetahuan kesehatannya amat sangat minim.

Negeri dimana medianya amat sangat kompor.

Negeri dimana pemerintahnya sendiri ga peduli, cuma peduli sama terpilih apa enggaknya di pemerintahan dan peduli tebal kantong sendiri.

Sampai2 di kalangan dokter ada joke begini :

Pas kuliah, belajar terus, teman2 pacaran, kita berkutat dengan diktat anatomi yang super tebal. Pas koas, setelah harga diri diinjak2 perawat senior, badan pun terlalu lelah untuk keluar rumah sekedar jalan2. Setelah selesai, mulai jaga klinik, dimana sehari uang duduk nya cuma 100ribu utk 24 jam. Kalau pasien banyak bisa bawa pulang 200-250 ribu. Pasien sedikit, ya 100 ribu lah. Ga mungkin kan kerja setiap hari. Jaga selang seling = 15 hari x 150 ribu lah = 2250000. Minim ya? Kalah sama buruh yang demo terus tiap hari. Mencoba memperbaiki nasib dengan sekolah spesialis. Kalau alhamdulillah diterima, banyak yang masuk 20 juta, spp 7.5 juta per semester. Duitnya? Minjem org tua dulu deh. Sekolah spesialis udah kayak zombie, 3 - 4 hari ga pulang2. Kerjaan banyak, mulai ngurusin administrasi pasien biar pasien bisa operasi/ diperiksa, sampai sekolah beneran. 5 tahun berlalu, kehidupan pribadi hancur. Pacar ga punya. Rumah tangga berantakan krn residensi di Indonesia ga menganut sistem ngasih gaji ke residennya. Praktek pertama, di siram kopi, krn nanya status hubungan pasien dan pengantar pasien. Praktek kedua, ada operasi darurat, dipermasalahkan karena penjelasan inform consent ke keluarga pasien kurang akurat. Masuk penjara 1 tahun. Keluar penjara, nama sudah tercemar, ga ada pasien yang mau berobat lagi. Solusinya? Jadi pembunuh bayaran apa ya?




No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...