Yak... Jadi.. Saat ini saya bertugas di ilmu penyakit dalam RS Angkatan Udara (RUSPAU) Esnawan Antariksa, Halim. Kemarin, saya mengikuti konsulen penyakit dalam di RUSPAU visit ke bangsal2. Ketika sampai di Intensive Care Unit, saya baru tahu kalau di situ dirawat Bpk Oemar Dhani, dan konsulen saya tersebut yang merawatnya.
Sebenarnya saya saat itu belum mengetahui secara jelas, siapakah beliau ini, tapi memang nampaknya orang penting. Hari ini ketika mengikuti visit konsulen saya tersebut, semakin jelas kalau beliau orang penting karena beliau sudah pindah ke kamar perawatan biasa tp VVIP dengan penjagaan PM.
Jadi.. ternyata beliau adalah seorang purnawirawan Marsekal (Jendral Bintang 4) Angkatan Udara yang diduga terlibat kasus PKI sehingga di penjara selama 40 tahun (bener ga ya?). Katanya sih, G30S PKI 1965/66 ga seseram dan sepedih yang ditulis di buku sejarah, termasuk yang dulu saya pelajari saat sekolah. Tapi semakin ke sini, semakin terlihat kalau, peristiwa G30S PKI merupakan suatu peristiwa bersejarah dengan "bumbu" yang cukup banyak. Yang pasti, Soeharto memang mempunyai peran dalam hal itu.
Dulu, TNI AU begitu berjaya dibanding TNI AD, sekarang? Karena peristiwa G30S PKI, TNI AU tidak ada giginya. Kalah jauh dibandingkan TNI AD.
Wallahualam Bissawab..
Ada artikel menarik ni, tapi masih dipertanyakan benar atau tidak..
Berita Jawa Pos 1 dan 2 Oktober 2004
Peristiwa G 30 S / PKI versi Dr. Soebandrio batal
beredar, penulis Memoar tokoh penting Era Orde Lama
itu adalah wartawan senior Jawa Pos Djono W. Oesman.
Bagaimana sebenarnya isu buku yang peredarannya
dibatalkan,
kendati sudah dicetak 10 ribu eksemplar oleh Gramedia
itu ?
HARI ini, 39 tahun silam, meletus G 30 S yang tak
habis-habisnya dibicarakan. Lebih dari 110 buku
berbahasa Inggris dan 35 buku berbahasa Indonesia
mengupas hal tersebut. Yang terbaru, Presiden Megawati
meminta agar Mendiknas membuat buku tentang hal itu
dan menunjuk sejarawan Taufik Abdullah memimpin tim
penulis.
Salah satu diantara ratusan buku G 30 S tersebut
adalah memoar Dr Soebandrio. Soebandrio( almarhum )
merupakan orang yang sangat penting dalam sejarah G 30
S . Saat itu, dia merangkap tiga jabatan, Yakni, wakil
perdana mentri I, mentri luar negeri, dan kepala Badan
Pusat Intelijen (kini BIN).
Tapi, tentu saja isi buku itu sangat subjektif. Sebab,
semuanya murni versi Soebandrio. Dia menuturkan semua
cerita tersebut antara Oktober 1999 hingga September
2000 selepas dibebaskan dari penjara.
Berikut cuplikan memoar yang terfokus pada kejadian 30
September dan 1 Oktober 1965 yang dituturkan
Soebandrio dengan gaya saya (Soebandrio):
Kamis Kliwon, 30 September (persis dengan hari ini)
1965, setelah menyelesaikan tugas-tugasnya di Istana.
Negara, Presiden Soekarno pulang ke Wisma Yaso ( kini
Musium Satria Mandala ). Di sana, beliau bersama istri
Ratna Sari Dewi.
Sehari sebelumnya, Panglima AU Oemar Dhani melapor
kepada Presiden Soekarno tentang banyaknya pasukan
dari daerah yang masuk ke Jakarta. Beberapa hari
sebelumnya, saya melaporkan adanya kelompok perwira AD
yang tidak puas terhadap presiden. Mereka membentuk
Dewan Jendral yang kabarnya akan melakukan kudeta.
Bung Karno tahu, ada yang tidak beres pada elite
pimpinan AD. Buktinya, beberapa hari sebelumnya,
beliau memerintahkan Menpangad Letjen A.Yani menghadap
presiden. Jadwal pertemuanya 1 Oktober 1965, pukul
08.00 WIB, di istana. Topik pembicaraanya; Isu Dewan
Jendral. Rencana itu batal karena Yani dibunuh sekitar
lima jam sebelumnya.
Sementara itu, Pangkostrad Mayjen Soeharto sejak kamis
siang menunggu anaknya, Hutomo Mandala Putera (Tommy
Soeharto) di RSPAD Gatot Subroto. Tommy saat itu
berusia tiga tahun dirawat di sana karena ketumpahan
sup panas.
Menjelang malam, Kolonel Abdul Latief ( Komandan
brigade Infanteri Jaya Sakti, Kodam Jaya) menemui
Soeharto di RSPAD Gatot Subroto.
Berdasarkan cerita Kolonel Untung ( pengawal presiden
Soekarno dari Cakra Bhirawa ) kepada saya ketika kami
bersama-sama dipenjara di Cimahi, Bandung, seharusnya
malam itu ada tiga perwira yang menemui
Soeharto.Yakni, Latief, Untung, dan Brigjen Soepardjo
(Pangkopur II Kostrad).
Sebelum bertemu Soeharto, mereka rapat disuatu tempat.
Akhirnya diputuskan, Latief yang menghadap Soeharto
untuk melaporkan bahwa pasukan penangkap Dewan Jendral
sudah siap bergerak.
Latief lantas kembali menemui Untung dan Soeparjo yang
menunggu di suatu tempat. Latief melapor kepada dua
rekannya bahwa Soeharto berada di belakang mereka.
Tentang dukungan Soeharto menangkap anggota Dewan
Jendral itu diperjelas oleh cerita Untung kepada saya
selama dipenjara. Katanya, pada 15 September 1965, dia
mendatangi Soeharto.
Meski tidak berada di satu garis komando, Untung dan
Soeharto adalah sahabat lama saat mereka sama-sama di
Divisi Diponegoro, Jateng. Jadi, itu pertemuan antar
sahabat lama. Tapi, membicarakan masalah yang sangat
penting.
Di pertemuan itu, Untung melaporkan adanya isu Dewan
Jendral yang akan melakukan kudeta. Untung lantas
menyampaikan gagasan, akan mendahului gerakan Dewan
Jendral dengan menangkap mereka lebih dahulu sebelum
mereka bergerak.
Ternyata Soeharto mendukung, bahkan siap membantu
mendatangkan pasukan. Karena itu, Untung meski
divonis hukuman mati tenang-tenang saja. Dia
mengatakan kepada saya, Pengadilan ini hanya
sandiwara, Ban. Wong rencana saya didukung Pak Harto,
katanya. Toh, akhirnya dia dieksekusi juga.
Menjelang dini hari 1 Oktober 1965, Soeharto pulang
dari RSPAD Gatot Subroto menuju ke Makostrad. Saat
itu, sejumlah pasukan yang siap menangkap tujuh
jendral sedang berkumpul di dekat Monas.
Beberapa jam kemudian (1Oktober 1965). Tujuh Jendral
itu benar-benar ditangkap dan dihabisi. Sebagian
ditembak dirumah saat penangkapan, sebagian dibunuh di
Lubang Buaya, Pondok Gede.
Apa yang terjadi kemudian? Bagaimana Presiden
Soekarno, DN Aidit, dan Oemar Dhani bisa berada di
Halim (dekat Pondok Gede) pada pagi buta 1 Oktober
1965 ?
Soebandrio memang controversial, baik sejak berjayanya
dijaman Bung karno maupun setelah dipenjara Orde
Baru. Dalam pengakuaanya kepada Djono W. Oesman,
wartawan Koran ini, kontroversi itu juga bertaburan.
Berikut lanjutan penuturan Soebandrio.
PERTANYAAN penting dalam sejarah G 30 S adalah :
mengapa di pagi buta 1 Oktober 1965 saat tujuh Jendral
dibantai di Lubang Buaya, beberapa tokoh nasional
berada di Halim ( dekat Lubang buaya?)
Berikut cuplikan memoar Dr.Soebandrio ( wafat 3 Juli
2004 ) yang ditulis antara Oktober 1999- September
2000 itu.
Kawasan Halim pada dini hari itu seperti menjadi
sentra berkumpulnya tokoh tokoh nasional sekaligus
tempat pembantaian para jendral.
Disana ada Presiden Soekarno, Menko / Ketua MPRS
D.N.Aidit dan Menpangau Oemar Dhani. Mereka tidak
berkumpul di satu tempat, juga tidak datang bersamaan,
bahkan mereka datang kesana tanpa koordinasi.
Bung Karno menjelang dini hari itu mendapat telepon,
bahwa baru saja terjadi penculikan beberapa jendral.
Malam itu beliau tidur dirumah Wisma Yaso bersama
istri Dewi Soekarno.Begitu mendapatkan telepon, dia
langsung berangkat dengan dikawal ajudan Parto yang
sekaligus menjadi sopir.
Dari Wisma Yaso mobil meluncur keutara menuju
istana.Tetapi menjelang tiba diistana, tampak ada
blokade jalan. Sejumlah pasukan bersenjata siaga
dilokasi blokade.
Ajudan Parto kaget.Tidak ada pemberitahuan kepada
ajudan presiden bahwa ada blokade di sekitar istana.
Menurut Suparto itu pasukan tak dikenal.
Parto lantas mengambil inisiatif memutar haluan, mobil
berbalik arah.Sebelum Bung Karno bertanya tanya, Parto
mengatakan, sebaiknya kita ke Halim saja pak. Kalau
ada apa apa dari Halim akan dengan cepat terbang
ketempat lain.
Bung Karno menurut saja.Dalam protokoler pengamanan
presiden, jika pengawal merasa bahwa presiden dalam
bahaya, pengawal harus secepatnya membawa presiden ke
bandara.Dengan inisiatif Parto memutar haluan, berarti
dia mengganggap presiden dalam bahaya.
Setelah Bung Karno tiba di Halim, baru ajudan
menjelaskan kondisi bahaya itu.Disana Bung Karno
lantas ditemani Oemar Dhani selalu Menpangau yang
bertanggung jawab terhadap keamanan bandara.
Beberapa saat kemudian Brigjen Soepardjo ( Pangkopur
II Kostrad ) yang tadi malam bersama Kolonel Abdul
Latief dan Letkol Untung melapor ke Soeharto di RSPAD
Gatot Soebroto tentang persiapan pasukan penjemput
para jendral, melapor ke Bung Karno. Soepardjo
melaporkan, tujuh jemdral telah diculik.
D.N.Aidit dini hari itu juga berada di Halim. Ini
sungguh aneh.Aidit saat itu berada di sebuah rumah
disekitar Halim.Dia tidak berada disatu tempat dengan
Bung Karno dan Oemar Dhani.
Beberapa hari kemudian saya didatangi istri Aidit. Dia
berceritera bahwa pada Kamis 30 September 1965 malam,
rumahnya didatangi beberapa tentara berseragam
lengkap, � suami saya diculik � katanya.
Dengan keberadaan Aidit di Halim pada dini hari dan
cerita istrinya, bahwa dia dijemput tentara pada
malamnya, biisa disimpulkan, bahwa malam itu Aidit
dibawa tentara menuju Halim.
Pagi itu, dari Pangkalan Halim Presiden Soekarno
mengeluarkan instruksi yang disampaikan melalui
radiogram ke Markas Besar ABRI. Isi instruksi
tersebut: � semua pasukan harap stand by di posisinya
masing2.Semua pasukan hanya boleh bergerak atas
perintah saya selaku presiden dan panglima tertinggi
ABRI.Semua persoalan akan diselesaikan
pemerintah/presiden.Hindari pertumpahan darah.
Saat itu Bung Karno hanya mendapatkan informasi, bahwa
7 jendral tersebut dibunuh.
Instruksi itu lantas disambut Soeharto dengan perintah
agar Letkol Untung dan kawan kawan ditangkap
secepatnya.
Jelas, hal itu membingungkan Untung.Dia sudah melapor
ke Soeharto soal Dewan Jendral yang akan melakukan kup
dan menyampaikan gagasan mendahului geraksan Dewan
Jendral dengan menangkap mereka. Semua itu didukung
Soeharto.Bahkan Soeharto memberikan bantuan pasukan
dari Kodam Siliwangi. Sekarang Soeharto malah
memerintahkan agar Untung ditangkap.
Hampir bersamaan dengan keluarnya instruksi Presiden
Soekarno, Soeharto memanggil salah satu ajudan Bung
Karno Bambang Widjanarko yang berada di Halim agar
segera menghadap dirinya di Makostrad.
Di Makostrad Bambang diberi tahu Soeharto agar
Presiden Soekarno dibawa pergi dari pangkalan Halim.
Sebab pasukan dari Kostrad dibawah pimpinan Sarwo Edhi
Wibowo sudah disiapkan untuk menyerbu Halim.
Saat pesan ini disampaikan Bambang kepada Bung Karno,
jelas Bung Karno geram sekaligus bingung.Instruksi
Bung Karno agar semua pasukan stand by di posisi
masing2 ternyata tidak ditaati Soeharto.Sebaliknya
Soeharto malah memerintahkan agar Soekarno menyingkir
dari Pangkalan Halim.
Bung Karno lantas meminta nasihat para pembantu
militernya. Brigjen Soepardjo mengusulkan agar Bung
Karno terbang ke Bali,.Menpangau Oemar Dhani
mengusulkan terbang ke Madiun, Jatim.
Wakil Perdana Menteri II Leimena yang pagi itu sudah
berada disana mengusulkan, langkah paling hati hati
adalah ke Istana Bogor lewat jalan darat.Sebab
jaraknya paling dekat dengan Jakarta dan naik pesawat
sangat berbahaya terhadap kemungkinan tembakan.
Dari berbagai usul itu Bung Karno menganggap bahwa
dirinya memang sedang dalam bahaya.Akhirnya dia
memutuskan menuju Istana Bogor lewat darat.
Rangkaian peristiwa tersebut bergerak sangat cepat dan
detik ke detik, dari menit kemenit.Sulit dibayangkan,
bagaimana mungkin posisi presiden bisa begitu terdesak
hanya dalam beberapa jam akibat penculikan para
jendral yang bagi presiden Soekarno saat itu belum
jelas dilakukan oleh siapa.
Beberapa saat setelah Bung Karno meninggalkan Halim,
pasukan dibawah pimpinan Sarwo Dhie Wibowo memang
bergerak ke Halim menyerbu pasukan penangkap dan
pembunuh para jenderal ( djono w. oesman )
9 comments:
Itulah, yang namanya sejarah bisa diputarbalikkan, kita yang nggak hidup pada jaman itu jadi susah mengerti mana cerita yang sebenarnya.
Wew..
Bisa dbilang..
AU adalah anak emas Soekarno..
AD.. Soeharto..
AL.. Gus Dur..
So, ya gitu deh.. ;)
Kalo gak salah,Sarwo Edhi Wibowo itu kan mertuanya SBY ya jal?Wah hebat km bisa visite orang penting.Aku dulu gak pernah,lha wong koas kan dapet bagiannya cm pasien kelas 3. ;p
ijal... mendingan dirimu jadi wartawan politik aja...
gimana?
;)
Selamat Siang...
Lama juga gak jalan2 kesini.
Ada informasi baru nih kayaknya.
Numpang nyari ilmu ya bos..
Kok link ku blum ada ya? Hikzz..
nice post...
info yang bagus untuk disimak..
banyak sejarah yang di manipulasi.
Usia berapa beliau sekarang Jal?
saya waktu itu masih sd, denger nama beliau di AURI
cepet jado dokter ya Jal, didoain
"mevrouw" nya di RS mana Jal?
@ mb ani : setuju mb!
@ mas andri : itu juga kebetulan mas, tapi pasien vip sm vvip ga boleh difollow up koas juga koq
@ mb enno : ogah mb, kapok jadi ketua kpu kampus yang digulingkan
@ mamah ani : kurang lebih 84-85 bun..
bagus banget tulisannya. gantian mampir ketempatku donk heheh. salam kenal
Post a Comment